Minggu, 04 November 2018

UNTUK KITA RENUNGKAN


بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

TIGA GOLONGAN MANUSIA TERLIHAT MELAKUKAN AMALAN SURGA TETAPI DIHADAPAN ALLAH ORANG TERSEBUT DIHISAB DAN DIMASUKKAN KE DALAM NERAKA PERTAMA KALI KARENA DISEBABKAN TIDAK IKHLAS

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ الْحَارِثِيُّ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ يُوسُفَ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ، قَالَ: تَفَرَّقَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، فَقَالَ لَهُ نَاتِلُ أَهْلِ الشَّامِ: أَيُّهَا الشَّيْخُ، حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: نَعَمْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:

" إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ "

"(Imam Muslim berkata) Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Habib Al-Haritsi, (Dia - Yahya bin Habib Al-Haritsi telah berkata) Telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Al-Haritsi, (Dia - Khalid bin Al-Haritsi berkata) telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, (Ibnu Juraij berkata) telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yusuf, dari Sulaiman bin Yasaar, Dia (Sulaiman bin Yasaar) berkata, Ketika orang-orang telah meninggalkan Abu Hurairah, maka berkatalah Naatil bin Qais al Hizamy Asy-Syamiy (seorang penduduk palestine beliau adalah seorang tabiin), "Wahai Syaikh, ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang Engkau telah dengar dari Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam, Ya (Aku akan ceritakan - Jawab Abu Hurairah), Aku telah mendengar Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam bersabda: "Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang 'alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari' (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.'" "

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh : Muslim, Kitabul Imarah bab Man Qaatala lir Riya' was Sum'ah Istahaqqannar VI/47 atau III/1513-1514 no. 1905; An-Nasa-i, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala : Fulan Jari', Sunan Nasa-i VI/23-24, Ahmad dalam Musnadnya II/322 dan Baihaqy IX/168. Derajat Hadits Shahih

Kandungan hadits

1.  Ikhlas ialah sikap seorang hamba dalam menjalin hubungan dengan Allah. Apabila seorang hamba itu melaksanakan tuntutan agama dan menjauhi larangan agama semata-mata karena mengharapkan keridhaan Allah dan takut kepada kemurkaan-Nya, maka itulah yang dinamakan ikhlas. Musuh atau lawan kepada ikhlas ialah riya’ dan sum’ah. 

2. Keikhlasan letaknya di dalam hati dan hanya mampu diukur oleh yang punya hati. Maka nilai keikhlasan tidak boleh diukur oleh individu lain, demikianlah juga sifat riya’ atau sum’ah.

3. Ikhlas mudah diucapkan tapi tidak gampang untuk dilakukan. Betapa banyak orang bederma tapi sia-sia, mengajar, menulis, berkarya dan berjuang tapi tak bermakna, karena ikhlas tidak ada dalam hati mereka.

4. Betapa ikhlas menentukan seseorang apakah akan dicampakkan ke dalam api neraka atau dimasukkan ke dalam surga. Bentuk amalnya sama, tampak dipermukaan dia berjuang, bershadaqah, beramal shalih. Tetapi akibatnya bisa berbeda. Bila amal shalih dibarengi ikhlas, maka akan mengantarkan seseorang mendapatkan nikmat surga. Sementara amal shalih tanpa ikhlas, akan  mencampakkannya ke dalam siksa yang pedih. Keikhlasan oleh karenanya sangat menentukan baik buruknya kehidupan kita.

Firman Allah Subhanahu wata'ala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut adalah

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ

qoola fa bi'izzatika la`ughwiyannahum ajma'iin

"(Iblis) menjawab, Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,"
(QS. Sad 38: Ayat 82)

اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
illaa 'ibaadaka min-humul-mukhlashiin

"kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."
(QS. Sad 38: Ayat 83)


قَالَ رَبِّ بِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَـنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ
qoola robbi bimaaa aghwaitanii la`uzayyinanna lahum fil-ardhi wa la`ughwiyannahum ajma'iin

"Ia (Iblis) berkata, Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,"
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 39)

اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ  الْمُخْلَصِيْنَ
illaa 'ibaadaka min-humul-mukhlashiin

"kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 40)


Semoga bermanfaat. Aamiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar